
Bicara tentang dampak bullying bagi anak…
Belakangan ini, Mei 2020, viral video bullying atau perundungan yang dilakukan terhadap rizky. Seorang anak yang sehari-hari berjualan Jalangkote di Pangkep, Sulawesi Selatan.
Dalam video tersebut, tampak 4 orang pemuda yang secara sengaja melakukan tindakan tidak menyenangkan, kepada si Rizky.
Sampai harus tersungkur ke tanah.
Setelah ditelusuri, ternyata ini bukan yang pertama kalinya.
Menurut pengakuannya, ia sering mendapat perlakukan buruk seperti itu. Hanya saja, ia tidak pernah menceritakannya kepada siapa-siapa.
Bahkan orang tua Rizky pun baru tahu hal tersebut, setelah video bullying kepada anaknya beredar luar di masyarat.
Empat orang pelaku sendiri, sudah diamankan oleh pihak berwajib.
Fenomena Bullying di Indonesia
Meski telah diamankan, namun bukan berarti semuanya berhenti sampai di sini. Ini kebetulan aja ada yang videoin, jadi bisa diproses sampai kepolisian.
Bagaimana kalau tidak?
Lagipula, selama ini kerap Rizky dapat perlakuan seperti itu.
Dan harus diakui, fenomena bullying seperti ini memang masih marak di masyarakat kita. Rizky hanya representasi kecil saja.
Bullying atau perundungan masih jadi budaya yang dianggap biasa saja. Bahkan dijadikan sebagai bahan candaan oleh sebagian orang.
Yang lebih miris, ketika prilaku bullying semacam itu juga dilakukan di lingkungan pendidikan. Berbalut acara masa orientasi (MOS), toh setiap tahun kita bisa melihat kejadian tersebut terjadi.
Apapun alibinya, membiarkan anak-anak senior memperlakukan siswa-siswi baru dengan semena-mena, menyuruh untuk berpakaian badut, dikerjain dan dipermalukakan. Adalah tindakan yang tidak seharusnya ada.
Manfaatnya apa coba?
Bukankah itu bisa membawa dampak negatif pada psikologis sang anak? Bukankah kemudian MOS jadi ajang balas dendam yang terus bergulir setiap tahunnya?
Inikah yang sekolah inginkan dari anak-anak?
Itu sekolah. Tempat pendidikan dijunjung tinggi. Gimana di masyarakat? Nyatanya lebih parah…
Apa itu Bullying dan Apa sih Bahayanya?
Menurut wikipedia, bullying adalah penggunaan kekuatan, kekuasaan, untuk mendominasi dan mengintimidasi. Sementara menurut humanrights.gov.au, bullying adalah ketika seseorang secara sengaja menggunakan kata-kata atau tindakan, untuk melawan seseorang yang menyebabkan stress dan bahaya kesehatan mental.
Jadi intinya, bullying itu adalah perlakuan buruk berupa ancaman, kata-kata atau tindakan untuk mengancam orang lain.
Yang berbahaya dari bullying tentu tak lain adalah dampak traumatis psikologisnya.
Anak-anak yang belum terbentuk faktor kritisnya, akan mengalami goncangan psikis akibat dari prilaku bullying tersebut. Akibatnya bisa bermacam-macam, dan bisa ekstrim. Apakah ia tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri, atau bisa jadi ia menjadi anak yang begitu jahat dan selalu memperlakukan orang lain dengan serupa.
Bukankah itu jahat banget?
Baca juga: 5 Alasan Kenapa Orang Gak Percaya Diri! Dan Cara Mengatasinya!
5 Dampak Bullying Bagi Anak-Anak Yang Jahat Banget
Emang apa aja sih dampaknya?
Berikut saya rangkum dari berbagai sumber, ada 5 dampak negatif dari bahaya bullying kepada anak-anak tersebut.
1. Membentuk Konsep Diri Negatif
Seperti saya sebutkan sebelumnya, anak-anak yang belum terbentuk faktor kritis di pikirannya, akan menerima apapun yang dikatakan kepadanya itu sebagai kenyataan.
Termasuk adalah kata-kata dari bullying tersebut. Misalnya ketika seorang anak dikatakan, “bodoh, jelek, menjijikkan” maka itulah yang akan dia terima sebagai kenyataan dalam dirinya.
Konsep diri seperti itu akan tertanam di pikiran bawah sadar, dan akan dibawah sampai dewasa. Bahkan ketika ia sudah lupa dengan kejadian bullying tersebut, konsep diri itu akan melekat terus.
Jahat banget gak sih?
Perlu dipahami teman-teman, bahwa faktor kritis adalah sebuah lapisan yang berfungsi sebagai filter di antara pikiran sadar dengan pikiran bawah sadar seseorang. Jika faktor kritis ini tidak bekerja, maka apapun informasi yang disampaikan akan diterima oleh pikiran bawah sadar.
Faktor kritis terbentuk melalui pembelajaran, didikan, pengalaman. Bagi anak-anak yang semuanya masih seperti kertas putih tak bercoret, Kata-kata dan perlakuan buruk akan diterima tanpa penolakan sama sekali.
Baca juga: Cara Menemukan Jati Diri
2. Membentuk Mental Blok & Ketakutan
Sebuah penelitian dari University of Warwick, menyebutkan bahwa korban bullying berisiko 5 kali lebih rentan menderita anxiety disorder (kecemasan berlebih).
Inilah dampak negatif lain dari bullying. Emosi yang terjadi pada saat seorang anak itu dibully, akan mencari cara untuk mengekspresikan dirinya. Dan kerap bentuknya berupa ketakutan dan kecemasan berlebihan.
Jadi seorang anak tidak akan bisa melangkah dan berbuat banyak, sebab ada semacam mental blok yang kokoh sekali dalam dirinya, bahkan ia akan mendapat bahaya.
Banyak klien hipnoterapi saya, mengalami kecemasan berlebih semacam ini. Seorang klien saya takut keluar rumah, karena menganggap diluar rumah ia bisa mati mendadak, kecelakaan bisa saja terjadi, dan lain sebagainya.
Kalau sudah begini, bukankah kita yang melakukkan bullying sama saja telah merenggut hidup anak itu dengan tidak langsung?
Baca juga: 50+ Kata-Kata Percaya Diri Yang Membakar Semangat
3. Memunculkan Sikap Negatif
Ini barangkali dampak yang paling nyata dan nampak. Ia akan menjadi orang yang bersikap negatif. Dan akan menjadi sangat ekstrim.
Entah ia tumbuh jadi anak yang sangat pemalu, tapi diam-diam ada dendam dalam hatinya. Atau bisa juga ia bisa jadi anak yang jahat banget, memperlakukan setiap orang dengan buruk. Tidak punya sopan santun pada orang yang lebih tua. Tidak punya kasih sayang pada orang yang lebih muda.
Ini terjadi karena ada rasa puas dalam dirinya ketika ia berbuat jahat pada orang lain.
Sementara anak yang tumbuh pemalu bisa jadi begitu berbahaya, lantaran ia menyimpan rasa sakit itu dalam dirinya. Dan suatu saat bisa saja dikeluarkan jika ada kesempatan untuk menyalurkannya.
Apapun itu, anak-anak korban bullying bisa menjadi sangat negatif, jika tidak ditangani dengan benar.
Baca juga: Cara Menghilangkan Pikiran Negatif
4. Menghambat Tumbuh Kembang Otak
Menurut hasil study yang dilakukan oleh para psikolog di Univerisity of California (UCLA), bahwa siswa-siswa yang paling sering mengalami bullying memperoleh nilai akademik lebih buruk dibanding teman-temannya yang lain.
Meskipun banyak orang beranggapan bahwa bullying bisa bikin anak-anak menjadi lebih kuat, faktanya menurut hasil riset terbaru menyebutkan bahwa justru itu bisa membuat anak-anak kehilangan kemampuan problem solving mereka. Dan itu sampai dewasa.
Salah satu musuh utama otak adalah stress. Ketika seseorang mengalami stress, maka hormon kortisol di otak akan dilepaskan. Hormon kortisol yang berlebih, bisa berbahaya bagi fungsi otak. Menghambat memori dan mencegah fungsi otak yang lain, yakni hippocampus untuk berkembang. Hippocampus yang tidak berkembang akan mengurangi kemampuan problem solving seseorang.
Satu-satunya yang bisa menenangkan diri ketika stress adalah serotonim. Tetapi itupun diblok, ketika seseorang punya riwayat stress atau bullying di masa kecil.
Baca juga: 6 Cara Meningkatkan Fungsi Otak
5. Berpotensi Psikosomatis
Psikosomatis adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh faktor psikis. Misalnya, orang yang mengidap asma, padahal tidak punya riwayat tersebut, bisa jadi lantaran ia memendam emosi yang terlalu lama, akhirnya berdampak asma.
Menurut jounal dari Medscape.com, bullying meningkatkan resiko psikosomatis pada anak 2 kali lipat. Kesimpulan ini berdasarkan 11 hasil study yang dilaporkan dari University of Padua, Italia.
Dimana ada 150.000 anak-anak dari seluruh dunia, diteliti dan ternyata ditemukan bahwa anak-anak yang paling sering mengalami bullying, terutama sebagai korban, berpotensi 2 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami kecenderungan psikosomatis.
Konsep diri negatif, emosi yang tak tersalurkan, ketidakseimbangan hormon, akan sangat berpotensi tinggi pada psikosimatis pada seorang korban bullying.
Ini jahat banget kan.
Baca juga: Cara Mengatasi Emosi Negatif
Kesimpulan
Demikiaan bahayanya perlakukan bullying pada anak-anak, maka apapun
apapun alasanya, bullying di muka bumi harus dihapuskan. Karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan perikeadilan.
Anak-anak yang mengalami bullying akan sangat rentan mendapatkan pengaruh negatif bullying tersebut, sebab faktor kritis yang belum terbentuk akan dengan mudah merusak konsep diri di pikiran bawah sadar si anak.
Karena itu, #StopBullying!
Setuju?
Suarakan pendapatmu di komentar ya!

Edward Rhidwan adalah seorang trainer dan penulis. Selama 8 tahun terakhir ia banyak dipercaya oleh perusahaan, kementerian, BUMN, hingga universitas untuk melatih team dalam bidang komunikasi, marketing dan branding.