Gelombang panas (heatwave) extrim asia yang terjadi belakangan ini berdampak bagi banyak orang. Termasuk saya yang udah berapa hari ini kena sariawan dan panas dalam.
Menurut laporan BMKG, di beberapa negara Asia seperti China, Thailand, Bangladesh dan Myanmar suhu panas bisa mencapai 40°C. Cukup panas buat goreng telur di bawah matahari langsung.
Di China misalnya, lebih dari 100 stasiun cuaca mencatat suhu di bulan April ini merupakan suhu tertinggi sepanjang sejarah. Sementara di Bangladesh suhu panas luar biasa tercatat menyentuh angka 51,2°C.
Di negeri kita sendiri, menurut BMKG suhu hariannya berkisar antara 34°C hingga 37°C. Gak heran kalo panasnya begitu terasa sampai ke dalam ruangan.
Penyebabnya?
Para pakar iklim menyebutkan kondisi ini dipengaruhi oleh gerak semu matahari, tren pemanasan global hingga perubahan iklim yang terus terjadi.
Namun, di sini saya gak mau bahas soal cuaca panas ya guys. Tapi seuprit cerita menarik yang sempat saya alami beberapa waktu lalu terkait hal ini.
Baca juga: Apa Itu FOMO Marketing?
Cerita Sariawan dan Mbak-mbak Alf*mart
Makassar termasuk kota yang terkena dampak heatwave ini. Dan saya salah satu warga yang ada di dalamnya, pun terkena panas dalam dan sariawan parah.
Malam itu, saya pulang kantor berkendara melewati jalan perintis kemerdekaan. Karena sariawan yang begitu menyiksa, saya putuskan untuk mampir ke minimarket untuk membeli obat sariawan.
Tepat di Alf*mart samping SPBU, saya belokkan kendaraan.
Segerombolan bocah laki-laki sedang asyik ngobrol di depan toko itu sambil nunggu parkir motor-motor yang mampir.
Saya masuk dan langsung melangkah ke lemari pendingin untuk mencari minuman ber-vitamin C. Saya pilih Y*u-C 1000.
Selanjutnya saya bergerak ke rak yang berisi pasta gigi, mouthwash dan teman-temannya. Di sini saya mau ngambil obat kumur yang biasa saya beli yaitu Betadine Mouthwash.
Biasanya saya beli yang ukuran sedang, tapi karena barangnya lagi kosong, terpaksa saya ambil yang ukuran besar. Harganya Rp 40.000,-.
Saya cek isi dompet ternyata cuma ada uang Rp 50.000,-. Gak cukup buat bayar parkir dan lain-lain.
Alhasil, minuman yang tadi saya ambil saya taro kembali. Dan saya memilih beli obat kumur saja.
Fix dengan pilihan itu, melangkahlah saya ke meja kasir untuk membayar. Mbak-mbak Alf*mart dengan senyumannya yang khas menyapa dengan ramah sembari merapatkan kedua tangannya.
“Ini aja kak? Ada tambahan lain?” Lirih suara mbaknya.
“Gak mbak, itu aja!“
“Gak sekalian isi pulsanya kak atau paket data sekalian?” Hmmm…. kita semua hapal mati dengan SOP mbak-mbak alf*mart itu kan.
Strategi cross-selling ini begitu khas dan sudah jadi ritual yang pasti didawamkan setiap kasir. Dan itu trik marketing yang ampuh dan terbukti berhasil.
Untuk mendukung program tersebut, di depan meja kasir sengaja ditaroh berbagai produk agar semakin mudah buat mbak-mbaknya dalam menawarkan. Customer pun bisa lebih tertarik ketika melihat barang yang ada di depan mata secara langsung bukan?
Sekali lagi, gak ada yang salah dengan semua ini. Trik seperti ini paten dan terbukti dongkrak penjualan.
Saya tersenyum lirih sambil menggeleng sedikit. Dia sudah tau.
Tak mau nyerah, si mbak-mbak kasir pun kembali menawarkan sebuah produk yang ada di atas mejanya.
“Sekalian kopinya kak, sisa tebus Rp 7.000,-.“
Kali ini dia menunjuk sebuah produk kopi botolan yang mereknya cukup populer dan digemari. Kalo gak salah namanya… Kopi Kenang*n.
Mungkin karena itulah mbaknya menawarkan produk kopi itu kepada saya. Karena menurutnya kopi itu enak dan cukup digandrungi banyak orang.
Ya, cukup masuk akal.
Tapi…
Di sinilah letak pelajarannya.
Basic Marketing Psychology
Saya mampir ke Alf*mart malam itu, karena sedang sariawan. Dan saya memilih membeli produk obat kumur untuk mengobati sariawan di dalam mulut.
Mbaknya, menawarkan produk kopi sambil memegang Betadine Mouthwash itu di tangannya. Apakah dia tidak mengetahui fungsi dari obat kumur yang dia pegang itu?
Apakah dia tidak berpikir orang yang sedang sariawan gak cocok untuk minum kopi atau minum minuman manis lainnnya? Belum lagi kopi yang ia tawarkan itu kopi rasa-rasa, saya perhatikan warna botolnya macem-macem. Ada pink, ungu dan lain sebagainya.
Uniknya…
Tepat di samping kopi tersebut, duduk berjejer rapi beberapa kaleng minuman larutan penyegar. Yang ada badaknya.
Bukankah akan jauh lebih relevan, kalo si mbak-mbak kasir menawarkan larutan penyegar itu buat saya. Mungkin saja saya akan beli produk itu.
Yang pasti, saya tidak sedang butuh minuman manis, kafein atau rasa-rasa apapun waktu itu.
Ini pelajaran psikologi marketing yang sederhana, tapi mempan.
Saya tahu si mbak-mbak kasir berusaha menjalankan tugasnya dengan baik. Setidaknya dia sudah melakukan sesuai SOP.
Sebagai seorang praktisi marketing dan penjualan, saya seketika berpikir mengenai prinsip dasar dalam dunia penjualan.
Marketing bukan tentang mempromosikan produkmu, tetapi menawarkan apa yang customermu butuhkan. Kalo katanya Seth Godin; jangan cari customer untuk produkmu, tapi carilah produk untuk customermu.
Baca juga: Spiritual Marketing, Menarik Pelanggan dengan Cara Quantum
Itulah pelajaran marketing yang patut untuk kita catat dalam cerita singkat saya kali ini. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua.