5 Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Perilaku Konsumen Muslim Millenial

millenial muslim

Pandemi Covid-19 ternyata membawa perubahan besar-besaran terhadap hampir seluruh aspek kehidupan kita. Mulai dari sekolah, pekerjaan, bisnis, ibadah hingga cara kita berbelanja dan membeli produk.

Sebagai seorang pebisnis, tentu kita perlu jeli melihat perubahan yang terjadi di pasar ini.

Memahami prilaku konsumen adalah sebuah keniscayaan agar bisnis kita tetap bisa berkibar di tengah ketidakpastian. Banyak bisnis yang gulung tikar, akibat tidak mampu beradaptasi dengan perubahan dunia yang begitu kilat ini.

Salah satu perubahan besar yang terjadi adalah pada generasi anak-anak muda muslim di tanah air (Millenial Muslim). Ini tentu menarik untuk digali, mengingat 87% penduduk indonesia adalah beragama islam.

Dan saya percaya bahwa salah satu diantara mereka bisa jadi adalah target market kamu.

Sementara itu, generasi muda millenial dan adiknya Gen-Z juga terus menunjukkan eksistensinya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, Penduduk Indonesia di dominasi oleh Gen Z (27,94%) dan gen Y (25,87%).

Tentu kedua hal ini harus menjadi perhatian utama bagi para pebisnis.

Millenial Muslim Megashift

Beberapa waktu silam, saya berkesempatan untuk mengikuti sebuah webinar yang bertajuk “Millenial Muslim Megashift“. Diadakan oleh Invent.ure bersama BSI (Bank Syariah Indonesia).

Pak Yuswohady, managing partner invent.ure, memaparkan bahwa Pandemi Corona ini, tenyata membawa perubahan positif bagi anak-anak muda millenial muslim di tanah air.

Corona dipandang sebagai “the Great Corrector” atau peng-koreksi paling besar bagi orang-orang muslim untuk kembali menjadi lebih spiritual dan religius.

Ini lantaran Corona dianggap lahir dari pasar Wuhan di China, yang mengkonsumsi hewan-hewan yang tidak halal dan kotor. “Maka orang-orang muslim,” kata Pak Siwo, “kini menjadi lebih concern terhadap segala sesuatu yang halalan thoyyiban. The Rise of Halalan Thoyyiban‘ slogannya.

Halal bukan lagi sekedar logo bersimbol agama, tetapi sudah menjadi gaya hidup baru.

Terbukti peningkatan trend pencarian di google, sangat meningkat terkait dengan hal ini. Seperti “makanan halal“, “wisata halal“, “hunian halal“, “kosmetik halal“, “investasi halal“, dan lain sebagainya.

Maka banyak bisnis dan brand saat ini kemudian beramai-ramai mengkampanyekan produk mereka dengan embel-embel islam, syariah, halal dan semacamnya.

Baca juga: (Ampuh!) 5 Strategi Digital Marketing Untuk StartUp Pemula

More Social. More Emphatic

Tak berhenti di situ, Pandemi Corona ternyata tidak hanya mengurung kita di rumah tanpa bisa berbuat apa-apa. Menurut Pak Siwo, bahwa faktannya generasi millenial terutama yang muslim saat ini lebih menunjukkan sikap sosial yang tinggi.

Mereka tergerak untuk membantu orang lain.

Generasi Millenial tenyata adalah generasi yang paling banyak berderma.” Kata Pak Siwo.

Millenial tersentuh jiwanya ketika melihat orang-orang di sekitarnya yang kesulitan. Maka berbagai kegiatan charity, volunterism, dan lain sebagainya diadakan oleh mereka.

Tak jarang kita dapati di pinggir-pinggir jalan banyak anak-anak muda yang turun untuk sekedar bagi-bagi masker, takjil di bulan ramadhan ini, dan lain sebagainya.

Terutama setelah beberapa bencana alam dan kejadian yang terjadi di Indonesia belakangan ini, berbagai lembaga Filantropi, seperti ACT kemudian membuka posko-posko relawan, dan menawarkan anak-anak muda millenial untuk membantu.

Ini menunjukkan bahwa gen-Y ini sangat peduli dengan kondisi disekitarnya.

Maka sebagai pebisnis, kamu harus bisa menyentuh sisi social ini. Agar brand kamu juga dicintai oleh generasi millenial.

Riset menyebutkan bahwa millenial lebih menyukai brand yang banyak memberikan nilai social kepada masyarakat.

Kamu bisa mengajak millenial untuk berpartisipasi atau menjadi bagian utama dari kegiatan social yang kamu lakukan.

Digitalization of Life

Hal ketiga yang makin membahana perannya bagi generasi millenial adalah dunia digital. Kemudahan yang ditawarkan teknologi digital saat ini, tentu menjadi angin segar bagi millenial di tengah masa pandemi dan work from home (WHF).

Coba bayangkan, gimana jadinya kalo kita lockdown tanpa adanya gadget dan internet yang menemani.

Stress? Pasti!

Namun dunia digital kini semakin menjadi-jadi. Semua kini kita lakukan dari rumah. Mulai dari bekerja, meeting zoom, belajar, hingga untuk kebutuhan makan dan belanja kebutuhan sehari-hari pun dari rumah.

Namun ternyata tidak berhenti di situ, di bulan ramadhan ini misalnya, millenial muslim juga memanfaatkan dunia digital untuk urusan ibadah dan agama. Ya tentu belum bisa taraweh online, tapi hal-hal seperti sedekah, infak, zakat dan wakaf semua kini tinggal dilakukan di genggaman tangan.

Untuk urusan Umroh, pak Siwo menerangkan bahkan bisa jadi nanti semakin meningkat trend untuk Umroh DIY (Do-It-Yourself).

Artinya semua kebutuhan umroh dilakukan sendiri melalui smartphone, tanpa perlu bantuan travel agent.

Mudah dan murah, menjadi pertimbangan utama millenial, untuk itu. Bahkan dalam bukunya, “Millenial Kills Everything“, pak Siwo menyebutkan bahwa salah satu bisnis yang dimatikan oleh millenial adalah travel agent ini.

Baca juga: Panduan Membuka Usaha Sendiri Dari Nol Sampai Sukses

The Rise of Muslim Content Creator

Meningkatnya trend digital muslim ini, juga tak luput dari munculnya para influencer dan content creator muda yang gak malu-malu berdakwa melalui berbagai platform digital itu. Seperti Tik-tok, Youtube dan Instagram.

Ini tentu menjadi hype bagi anak-anak muda untuk semakin PEDE menunjukkan keislaman mereka.

Anak-anak muda seperti Syakir Daulay dan teman-temannya tentu sangat menarik bagi para generasi Milenial dan Gen-Z.

Nah, inilah yang ditangkap oleh BSI (Bank Syariah Indonesia) dalam menarget anak-anak muda millenial muslim untuk memperkenalkan konsep perbankan syariah.

Maka didapuklah Syakir Daulah sebagai duta GEN-Sy (Gen Syariah).

Nampaknya cara ini cukup berhasil, sebab di usia yang masih 3 bulan market share Syariah Banking meningkat dari 5% di tahun 2017 kini mencapai 6,3%. BSI sendiri saat ini menduduki posisi ke 7 terbesar industri perbankan Nasional.

Pak Ivan Ally, SPV Marketing Communication BSI, dengan optimis bahkan menyebutkan bahwa pihaknya akan segera Go-Global, dengan membuka kantor cabang di Dubai akhir tahun ini.

BSI (Bank Syariah Indonesia) sendiri adalah merger antara 3 Bank Syariah anak usaha BUMN, yakni BRI Syariah, Mandiri Syariah, dan BNI Syariah, yang disahkan oleh Presiden Jokowi pada 1 Februari 2021 lalu.

Self-Expression Still Matter

Bukan generasi millenial namanya kalau gak eksis. Begitulah, pandemi corona tidak menghambat anak-anak muda ini untuk berkarya dan eksis di social media.

Bahkan eksistensi di social media, seperti instagram, Tiktok dan Youtube semakin bergema, sebab kegiatan work and school from home ini tentu memberikan ruang dan waktu bagi mereka untuk makin mengekspresikan diri.

Begitu juga dengan kegiatan leasure atau liburan, pun meningkat.

Tren pencarian wisata alam (nature) juga cenderung meningkat disamping pilihan staycation di hotel.

Ini tetap menunjukkan bahwa millenial muslim juga tetap fokus untuk mengaktualisasikan dirinya.

Kesimpulan: 5 Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Perubahan Prilaku Konsumen Millenial Muslim Tanah Air

Nah, itulah bagaimana pandemi membawa megashift atau perubahan besar-besaran terhadap kondisi konsumen millenial muslim di Indonesia.

Yakni:

  1. More Spiritual
  2. The Rise of Halalan THoyyiban
  3. More Social and Emphaty
  4. Digitalization of Life
  5. The Need of Self-Expression

Sebagai entrepreneur dan marketer, pandai-pandai kitalah melihat kondisi ini dan merancang strategi marketing untuk menarget pasar anak-anak muda muslim ini.

Semoga berguna!

Tinggalkan komentar