Apa Itu FOMO? Begini Penjelasannya Menurut Sudut Pandang Marketing!

Belakangan ini, istilah FOMO menjadi trending di media sosial pasca konser BlackPink di Jakarta. Lantas apa itu FOMO sebenarnya?

Bagaimana pula istilah FOMO di dalam dunia marketing?

Terkait dengan meriahnya konser BlackPink di Jakarta, banyak yang menganggap bahwa sebagaian orang menonton konser tersebut bukan karena mereka adalah fans girlband asal Korea Selatan tersebut. Melainkan hanya karena FOMO.

Sudah kuduga bakal kejadian sih, yg nonton BP pasti kebanyakan non kpopers yang gatau etika nonton konser, FOMO buat ngonten dan gue yakin pasti ada tiktokers di antara orang yang julurin hp setinggi harapan ortu,” cuitan salah satu warganet @lightaboo di twitter.

Lantas benarkan demikian? Apa arti dari kata FOMO ini?

Simak ulasannya berikut ini…

Apa Itu FOMO?

Dikutip dari Merriam-webster.com dictionary, FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out.

Yakni sebuah ketakutan dimana seseorang tidak terlibat dalam sesuatu hal yang orang lain alami.

Atau dengan kata lain FOMO adalah ketakutan akan ketinggalan hal yang dilakukan oleh banyak orang.

Sementara menurut PsychCentral, FOMO ini termasuk dalam gangguan kecemasan atau anxiety. Di mana seseorang takut kehilangan kesempatan pada hal-hal seperti acara sosial, gathering atau trend terbaru.

Orang yang mengalami FOMO akan merasa tidak terhubung dengan dunia luar. Atau menganggap dirinya ketinggalan zaman, jadul dan primitif.

Apa Penyebab Munculnya FOMO?

Lantas apa penyebab munculnya fenomena FOMO ini?

Dilansir dari Forbes Health, Psikolog Sosial dari University of Oklahoma Health Sciences Center, Prof. Erin Vogel Ph.D., menyebutkan bahwa istilah FOMO sudah mulai dikenal saat kemunculan media sosial di tengah-tengah kita.

Namun perasaan tak ingin ketinggalan ini sudah lama di rasakan manusia.

“Manusia ingin merasa seperti diikutsertakan, seperti kita menjadi bagian dari sebuah kelompok,” kata Vogel dikutip Forbes.

Keinginan bawah sadar untuk selalu terkoneksi dan tergabung secara sosial ini mendorong orang untuk mengalami FOMO. Nah, ketika seseorang merasa kurang memiliki koneksi sosial inilah, hal itu akan memicu munculnya stres secara emosional bahkan fisik.

Baca juga: Spiritual Marketing, Menarik Pelanggan Ala Quantum

Dampak Buruk FOMO Bagi Kesehatan Mental?

Menurut data dari verywellfamily, paling sedikit 24% remaja mengalami FOMO, meskipun mereka tidak mengakuinya.

Sebuah studi menemukan bahwa semakin banyak orang menggunakan Facebook, semakin buruk perasaan mereka dari menit ke menit. Rasa puas mereka secara keseluruhan lebih buruk karena mereka merasa perlu untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain. Sementara itu, studi lain menemukan bahwa sepertiga dari orang merasa lebih buruk saat di Facebook, terutama jika mereka melihat foto liburan orang lain.

Sementara itu, Survei Stres dan Kesejahteraan Nasional di Australia menemukan bahwa 60% remaja mengatakan mereka merasa khawatir ketika mengetahui teman mereka bersenang-senang tanpa mereka. Dan 51% mengatakan mereka merasa cemas jika tidak tahu apa yang dilakukan teman mereka. Selain itu, para peneliti mengatakan bahwa ada korelasi yang sangat nyata antara jumlah jam yang dihabiskan di teknologi digital dan tingkat stres dan depresi yang lebih tinggi.

Menurut Project Know, remaja juga mungkin merasa tertekan untuk menggunakan obat-obatan atau alkohol untuk menjaga hubungan dengan teman atau selebriti yang mereka ikuti di media sosial. Mereka juga mungkin memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah, yang membuat mereka sangat rentan terhadap masalah kesehatan mental lainnya.

Konsekuensi lain dari FOMO adalah pembelajaran yang terganggu serta mengemudi yang tidak fokus. Misalnya, remaja dengan tingkat FOMO yang tinggi lebih cenderung memeriksa umpan media sosial mereka saat pelajaran atau saat mengemudi. Selain itu, mereka juga lebih cenderung mengirim pesan teks dan mengemudi.

Apa itu FOMO dari sudut pandang Marketing?

Dalam dunia marketing, FOMO sebenarnya sudah lama dikenal.

FOMO marketing, begitu istilahnya…

Menurut pakar marketing Yuswohady, FOMO dalam dunia marketing ini ibarat bensin yang berpotensi membuat sebuah produk atau bisnis “meledak”.

Dengan kata lain, FOMO marketing ini adalah salah satu strategi marketing dengan memanfaatkan ketakutan orang-orang (konsumen) akan ketinggalan atau kehilangan produk kita.

Salah satu contohnya adalah viral film KKN di Desa Penari yang sukses meraup 6 juta penonton pada pekan awal penayangannya.

Mas Siwo menuturkan strategi yang digunakan dalam pemasaran film tersebut adalah dengan FOMO Marketing yang digabungkan dengan Word of Mouth (WOM).

Cerita-cerita yang dibuat netizen (user generate content) inilah yang memancing viral film KKN di Desa Penari. Dan Akhirnya menciptakan FOMO marketing.

“Kalau saya gambarkan WOM ini sebagai bara api, maka di “Gelombang Pertama” bara apinya sudah menyala-nyala, tapi di “Gelombang Kedua” beramai2 warganet “MENYIRAMKAN BENSIN” ke nyala api tersebut,” tulis Siwo dalam blognya.

Tinggalkan komentar